Situs Resmi SMAN 1 Seteluk

Drama yang Dihadapi Pelajar dalam Masa Pandemi

Oleh: Witri Salianti

https://perpustakaan.iain-tulungagung.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/dampak-covid-bagi-mahasiswa-616×385.jpeg

            Permulaan tahun 2020 menjadi  gerbang duka cita bagi dunia secara umum dan  Indonesia secara khusus. Pasalnya, pada bulan Maret  kasus Covid-19 mulai terdeteksi ada di Indonesia dan menjakiti beberapa masyarakat, awalnya masyarakat yang terjangkit virus Covid-19 terbilang sedikit namun setelah beberapa waktu malah bertambah banyak dan sampai sekarang belum juga berakhir. Virus yang pertama kali di temukan di Wuhan Cina ini bukan hanya mengakibatkan kematian pada penderita yang terpapar tapi juga menyebabkan terganggunya seluruh sektor kehidupan seperti ekonomi, politik, kesehatan, dan tak terkecuali sistem pendidikan.

Covid-19 mengubah wajah pendidikan Indonesia secara drastis, dari yang dulunya sekolah tatap muka berubah menjadi sekolah dari rumah atau lebih populer dengan istilah pembelajaran dengan sistem “daring” (dalam jaringan) sebagai usaha untuk mencegah penularannya di sekolah-sekolah, yang terkena dampak utama dengan kebijakan sekolah dari rumah tentu saja orang-orang yang ada di lingkup sekolah seperti  para guru dan siswa tentunya.

Seperti salah seorang murid sekolah menengah atas yang ada di salah satu provinsi di NTB harus merasakan dampak dari kebijakan sekolah daring, sebut saja namanya Zanna Anisa Agustina seorang siswa SMA yang sekarang duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas. Zanna sudah sekolah daring dari semenjak duduk di kelas 10, semenjak saat itu ia harus sekolah dari rumah dan belajar dari rumah yang rutinitasnya dihabiskan untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dari guru, ada tugas yang diberikan dengan tenggat waktu beberapa jam, hari dan bahkan minggu.

Sekolah daring memang tidak sebaik sekolah secara tatap muka di sekolah. Jika di sekolah kita dapat lebih leluasa belajar dan berinteraksi, antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Di sekolah para siswa juga mendapatkan pendidikan karakter yang dibutuhkan, apalagi bagi siswa-siswa yang memang perlu untuk dibina. Karakter dan mental para siswa harus benar-benar diperhatilkan selama pandemi, karena saat pandemi ini para siswa dituntut untuk lebih aktif mencari bahan belajar sendiri tanpa adanya bimbingan dari guru secara langsung yang memungkinkan mereka mengakses segala hal yang ada di internet termasuk hal-hal yang tidak mengedukasi seperti konten kekerasan, pornografi, dan hal lain yang berbau nagagif lainnya selain itu sebagaimana kita tahu kurikulum pendidikan di indonesia belum sepenuhnya menggunakan e-learning sebagai salah satu media dalam mengajar.  Sekolah-sekolah yang ada di desa masih banyak menglami ketertinggalan dan  kendala seperti, tidak adanya sinyal internet, keterbatasan dalam memiliki gawai, atau kurang canggihnya gawai yang dimiliki. Virus Covid-19 memang menjangkau seluruh negeri tapi sinyal internet belum menjangkau seluruh tempat yang ada di indonesia terutama di pelosok-pelosok daerah.

Perlu dijadikan perhatian, tingkat pendidikan orang tua siswa yang belum memadai dan tidak cukup kompeten untuk membersamai dan  membantu anak-anaknya untuk belajar. Hal ini sering terjadi di kalangan anak-anak SD yang tidak mudah untuk diarahkan dalam belajar daring. Dan juga para orang tua tidak menguasai kompetensi pedagogik seperti yang dimiliki para guru.

 Di sisi lain dengan segala keterbatasan belajar di era pandemi ini, pemerintah tak sepenuhnya lepas tangan. Turut pula pemerintah, memberikan beberapa bantuan guna mengefisienkan beberapa masalah dalam belajar daring yaitu pemberian bantuan berupa kuota gratis untuk setiap siswa sebagai penunjang  dalam proses pembelajaran. Bantuan kuota yang diterima  setiap bulan meringankan beban siswa  membeli kuota untuk belajar apalagi selama pembelajaran berlangsung kuota yang digunakan tidak sedikit dalam sekali pertemuan melalui zoom saja sudah menghabiskan sekitar 1 sampai 2 GB kuota.  Jumlah itu bukan jumlah yang sedikit belum lagi kuota WhatsApp, Google, Youtube dan aplikasi lainnya yang menunjang pembelajaran. Bila seminggu saja setiap mata pelajaran melakukan zoom, kuota yang 15 GB yang digunakan 3 minggu akan habis dalam seminggu saja. Oleh karena itu para siswa diharapakan agar mampu menyiasati dan lebih pintar dalam menggunakan kuota .

Pandemi covid-19 memang sangat berdampak pada seluruh tatanan kehidupan tapi juga memberi manfaat bagi kita  untuk mengembangkan kreatifitas siswa dan guru terhadap penggunaan teknologi. Bukan hanya tentang teknologi saja tapi juga manfaat lain yang dapat diambil oleh guru dan para siswa dengan adanya pandemi ini. Selama masa pandemi ini kita ketahui, ada yang namanya menjaga jarak atau social distancing sebagai salah satu upaya pemerintah untuk.memutus rantai penyebaran virus Covid-19 ketika kita menjaga jarak, kita memiliki banyak sekali waktu dengan diri sendiri, diwaktu kita sendiri inilah kita memiliki kesempatan untuk memahami dan mengenal diri kita lebih jauh, untuk merefleksikan diri.

Merefleksikan diri ini yaitu melihat lebih jauh lebih dalam kedalam batin, hati, dan pikiran tentang apa saja yang sebenarnya kita butuhkan sebagai manusia atau dalam hal ini yang kita butuhkan sebagai seorang pelajar. Di pandemi ini kita juga benar-benar disentuh nilai kemanusiannya, hati dan perasaan kita untuk menjadi lebih peduli terhadap sesama, peduli ketika kita melihat para tenaga medis yang menjadi garda terdepan penanganan pandemi Covid-19 yang harus bekerja dua kali lebih keras atau bahkan para siswa yang harus belajar lebih ekstra lagi dan guru yang harus dua kali lebih sibuk. Waktu yang dihabiskan juga seperti tidak memiliki batasan jika saat sekolah tatap muka jam dua siang belajar selesai, siswa memiliki waktu untuk istirahat dan aktifitas lainnya, sedangkan ketika pandemi ini jangka waktu belajar tidak ada, tidak ada jam masuk, istirahat, dan selesai. Jadi disini kita harus lebih peduli dan memahami orang lain, dengan tidak selalu melihat kepada kepentingan kita saja.

Pandemi Covid-19 tidak selalu menjadi sebuah bencana yang negatif . Tanpa disadari ternyata banyak hal-hal positif yang dapat diambil. Kita semua diajarkan untuk lebih peduli pada lingkungan yang menjadi tempat tinggal kita. Pandemi yang datang seperti sebuah isyarat agar dapat mencintai alam. Menumbuhkan rasa simpati dam empati sebagai makhluk sosial dan berakal. Seperti yang kita ketahui banyak orang-orang mendapatkan dampak, yang dalam hitungan hari atau bulan merubah hidup mereka. Orang tua menjadi salah satu dari mereka. Banyak dari mereka yang di-PHK karna tidak mampunya perusahanan tempat mereka berkerja untuk memberikan upah. Ini semua menjadikan kita sebagai makhluk sosial untuk harus lebih peka terhadap lingkungan.

Oleh karena itu selama indonesi belum sembuh dari pandemi, kita sebagai manusia yang berakal yang memiliki simpati dan empati untuk lebih menjaga, merawat, dan mencintai alam kita. Bukan hanya itu kita juga harus jauh lebih semangat dan berusaha serta lebih berpikir kreatif untuk menjalani dan melewati semua rintangan tantangan kehidupan yang ada saat pandemi ini masih ada stay healty and stay happy.

Tinggalkan komentar